SISTEM DETEKSI POLUSI UDARA BERBASIS INTERNET OF THINGS

Polusi udara ambien di daerah perkotaan dan pedesaan diperkirakan menyebabkan 4,2 juta kematian dini di seluruh dunia per tahun pada tahun 2019. Efek rumah kaca disebabkan oleh peningkatan konsentrasi Karbon Dioksida (CO2) dan gas-gas lain di atmosfer. Saat ini, tren dalam pendeteksian polusi udara mulai beralih ke perangkat pintar yang menggunakan Internet of Things. Penelitian ini menggunakan tiga jenis sensor yang berbeda untuk mendeteksi polusi udara, yaitu sensor MQ3, MQ4, dan PMS5003. Sensor MQ3 berfungsi sebagai pendeteksi gas benzene, sensor MQ4 berfungsi sebagai pendeteksi gas methane dan smoke, dan sensor PMS5003 berfungsi sebagai pendeteksi PM2.5 dan PM10. Uji kalibrasi dengan alat Air Quality Detector, sensor PMS5003 menunjukkan tingkat error pembacaan konsentrasi PM2.5 sebesar 5,57 persen dan konsentrasi PM10 sebesar 6,12 persen. Analisis data mengungkap adanya peningkatan gas polutan pada pukul 07.00 WIB dan 15.00 WIB, yang dipicu oleh aktivitas manusia. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa konsentrasi PM2.5 berada dalam kategori tidak sehat dengan rentang 101 sampai dengan 200, sementara konsentrasi PM10 berada dalam kategori baik dengan rentang 1 sampai dengan 50 dan sedang dengan rentang 51 sampai dengan 100. Gas benzena tidak melebihi nilai ambang batas sebesar 0,5 ppm, konsentrasi gas methane tidak melampaui nilai ambang batas sebesar 1000 ppm, dan tingkat smoke (asap) tidak melebihi nilai ambang batas sebesar 35 ppm yang telah ditetapkan