REVERSE ENGINEERING CHAIN LINK 532-AF1 UNTUK MENDORONG KEBIJAKAN TINGKAT KOMPONEN DALAM NEGERI (TKDN)

Reverse engineering/rekayasa balik merupakan proses menganalisa suatu produk yang sudah ada sebagai dasar untuk membuat ulang produk yang sejenis. PT Solusi Bangun Indonesia pabrik Tuban melakukan reverse engineering untuk menggantikan penggunaan spare part yang semula impor ke spare part lokal. Salah satu spare part impor yang digunakan di PT SBI Tuban adalah chain link pada apron feeder. Apron feeder merupakan alat transport material limestone yang digerakkan oleh sistem rantai dengan mekanisme membawa material pada lintasannya. Permasalahan yang biasa terjadi pada chain link apron feeder yaitu patah ataupun aus yang mengharuskan untuk mengganti dengan chain link yang baru. Meskipun permasalahan ini tidak sering terjadi, Namun untuk mendapatkan chain link yang baru membutuhkan waktu yang lama dan harga yang mahal. Berdasarkan SAP harga penawaran chain link OEM pada tahun 2021 mencapai Rp.200.000.000 untuk per 1 set dengan waktu pesan 9-12 bulan. Dalam Tugas Akhir ini penulis melakukan reverse engineering pada chain link apron feeder 532- AF1. Dengan terlaksananya proses reverse engineering ini dapat mengurangi pengeluaran biaya untuk pembelian chain link dan efisiensi waktu. Proses Reverse engineering pada chain link juga dapat mendorong kebijakan pemerintah mengenai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). Pada April 2022 terhitung TKDN yang didapat dari hasil reverse engineering chain link sebesar 1.07% dari total GI.

Kata kunci: Reverse engineering, Apron feeder, Chain link, Spare part, TKDN