Perancangan Identitas Visual Sanggar Pa’rimpungang Diklat Anjungan Sulawesi Selatan

Belum adanya identitas visual Sanggar Pa’rimpungang mengakibatkan pengunjung tidak tahu adanya sanggar di Anjungan Sulawesi Selatan serta sulit mengidentifikasi sanggar satu dengan lainnya dalam acara yang mengharuskan setiap sanggar melakukan acara bersamaan. Perancangan identitas visual untuk Sanggar Pa’rimpungang dilakukan agar dapat menjadikan sanggar mudah dikenal dan diingat. Metode penelitian yang dilakukan menggunakan metode kualitatif deskriptif. Sedangkan proses kreatif yang dilakukan dimulai dari riset berupa observasi, wawancara serta studi literatur. Data diolah sehingga mendapatkan SWOT dan arahan kreatif. Arahan kreatif kemudian dijadikan sebagai acuan dalam mendesain identitas visual. Dilanjutkan dengan tahapan strategi berupa pembuatan mind map dan moodboard. Visualisasi berupa morphological matrix, sketsa kasar, sketsa digital hingga desain terpilih. Tahap terakhir penerapan identitas visual berupa graphic standard manual, media sosial, projecting sign, kaos latihan, tote bag, lanyard, dan stationary. Perancangan ini menghasilkan identitas visual dengan logo yang menggunakan konsep dan prinsip persatuan/unity dimana menyatukan 3 suku besar yang ada di Sulawesi Selatan yaitu Makassar, Bugis dan Toraja. Juga mempersatukan orang-orang dari berbagai suku yang ada di Jakarta di sanggar untuk mempelajari kebudayaan Sulawesi Selatan. Elemen yang digunakan adalah
bentuk berupa lingkaran dan bentuk stilasi dari huruf aksara lontara pa’ yang digabung dengan stilasi figur manusia dan selendang tari. Figur manusia terdapat 3 yang mewakili setiap suku dan saling berpegangan terinspirasi dari gerakan Tari 3 Etnis yaitu berpegangan tangan. Warna yang digunakan yaitu merah melambangkan keberanian, warna baju bodo yang diperuntukkan untuk perempuan berumur 17-25 tahun. Warna kuning keemasan melambangkan keaslian. Tiap warna juga merupakan warna yang digunakan dalam pembagian warna saat Tarian 3 Etnis yaitu kuning Toraja, merah-Makassar, hijau-Bugis dan dapat diputar, untuk membedakan antar suku. Jenis tipografi yang digunakan adalah dekoratif yang didapatkan dari turunan tulisan aksara lontara. Dengan perancangan ini diharapkan Sanggar Pa’rimpungang lebih mudah dikenali, diingat serta dibedakan dengan sanggar seni yang lain oleh publik.

Kata Kunci: Sanggar Seni, Identitas Visual, Sulawesi Selatan, Dinamis, Tradisional