Analisis Perbandingan Perkerasan Lentur dan Perkerasan Kaku Dengan Bantuan Software Kenpave ( Studi Kasus : Jalan Tol Sumo SeksiIV.3 STA 37+700 - STA 40+700)

Perkembangan ekonomi dan kemudahan mobilitas masyarakat sangat bergantung pada pembangunan infrastruktur jalan raya. Dalam situasi seperti ini, perkerasan kaku sangat penting untuk menjamin keberlanjutan dan keandalan sistem transportasi. Karena masing-masing jenis perkerasan memiliki keunggulan dan kelemahan, perkerasan lentur (fleksibel) dan perkerasan kaku (kaku) semakin populer di Indonesia. Metode AASHTO 1993 telah digunakan sebagai standar desain perkerasan jalan di berbagai negara. Tujuan dari penelitian ini adalah mentukan jenis perkerasan mana yang paling efektif berdasarkan umur rencana, kekuatan struktur, dan pengeluaran anggaran. Hasil penelitian ini meliputi perhitungan tebal perkerasan lentur dan perkerasan kaku, serta perkuatan pada beton semen kontinu tanpa perkuatan. Tebal perkerasan lentur adalah 20 cm, dan tebal lapisan permukaan adalah 15 cm untuk lapisan dasar atas dan 21 cm untuk lapisan dasar bawah. Berdasarkan analisa, tebal pelat perkerasan kaku adalah 14,25 inci atau 36 sentimeter. Pin D38-300 dan tie rod D16-1219, masing-masing, memiliki kekuatan struktur maksimum 3,06E-07 untuk perkerasan lentur dan 3,79E-07 untuk perkerasan vertical. Untuk perkerasan kaku, kekuatan maksimum stress adalah 4,94E+09. Pengeluaran untuk perkerasan lentur berjumlah 50.843.988.849,37 dan perkerasan kaku berjumlah 51.628.438.369,59.