ANALISIS PEMANFAATAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA TERAPUNG UNTUK DEKARBONISASI SISTEM KELISTRIKAN BALI

Studi ini merupakan kajian akademik pemanfaatan energi surya melalui pembangkit tenaga listrik (PLTS) terapung sebagai upaya pengurangan emisi karbon (dekarbonisasi) di sistem kelistrikan Bali. Bali merupakan salah satu provinsi yang menjadi ikon pariwisata di Indonesia, Dekarbonisasi dalam sistem ketenagalistrikan di Bali merupakan bagian dari langkah krusial menuju masa depan yang lebih berkelanjutan. Pulau Bali saat ini masih dominan berasal dari energi fosil berupa bahan bakar minyak, gas, dan batubara. Porsi energi fosil mencapai 99.7%, sedangkan porsi energi terbarukan hanya 0.3%. Kondisi ini menjadi tantangan tersendiri ketika pemerintah Provinsi Bali mencanangkan Rencana Bali Hijau dengan menargetkan Net Zero Emission (NZE) tahun 2045, lebih cepat dari target nasional di tahun 2060.
Dari studi ini diperoleh bahwa untuk memenuhi kebutuhan energi listrik di Provinsi Bali, saat konsumsi energi listrik menyamai negara maju (10.000 kWh per kapita), maka dibutuhkan pasokan energi listrik 52,5 TWh per tahun. Maka dibutuhkan PLTS berkapasitas total 39,9 GW (asumsi CF sebesar 15%) yang dapat dipasang dengan PLTS terapung yang memanfaatkan waduk di pulau Bali dan pemanfaatan area laut di perairan Bali Utara. Pemanfaatan PLTS ini pada skenario pertumbuhan konsumsi listrik ini, emisi karbon yang dikurangi mencapai 60,8 juta ton CO2.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rekomendasi bagi pembuat kebijakan dan para pemangku kepentingan dalam perencanaan pembangunan ketenagalistrikan di masa mendatang, terutama untuk mendukung pencapaian bauran energi terbarukan dan pencapaian target net zero emissions.