Analisa Penerapan Sistem Informasi Maintenance Activity Report Dengan Perhitungan Overall Equipment Effectiveness Pada Serangakaian Alat Pengujian Laboratory Di PT. SBI

Penelitian ini membahas tentang pengembangan sistem informasi Maintenance Activity dalam Laboratorium untuk memastikan ketersediaan alat analisis dalam kondisi baik. Dalam konteks ini, perawatan, kalibrasi, dan penggantian consumable alat menjadi fokus penting. Namun, kurangnya pengendalian manajerial mengakibatkan alat pengujian dan penunjang pengambilan sampel tidak terpantau secara efektif. Dengan tujuan untuk mengatasi permasalahan ini, penelitian ini berfokus pada pengendalian availability alat melalui strategi perawatan seperti Preventive, Breakdown, dan Corrective Maintenance.Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa upaya menjaga ketersediaan alat sangat penting untuk menghindari kehilangan waktu operasional (downtime loss). Downtime loss dapat memaksa analis laboratorium untuk melakukan analisis secara manual, yang memerlukan waktu lebih lama dan menghasilkan nilai yang kurang akurat dibandingkan dengan menggunakan alat pengujian otomatis. Selain itu, proses pengambilan sampel manual juga bisa menjadi tidak aman ketika dilakukan selama proses produksi.Metode yang digunakan dalam penelitian ini mencakup tahap identifikasi masalah, perumusan masalah, studi literatur, pembuatan sistem informasi, dan uji coba. Hasilnya menunjukkan bahwa Department Laboratory memiliki peran penting dalam mengendalikan kualitas produk semen dan material bahan mentah semen di perusahaan tersebut. Penggunaan alat pengujian dan alat pengambil sampel menjadi penting dalam menjalankan analisis yang akurat dan aman.Penelitian ini merekomendasikan adopsi metode Overall Equipment Effectiveness (OEE) untuk mengatasi masalah dalam lingkungan laboratorium. Setelah mendapatkan nilai OEE, analisis dilakukan dengan menggunakan diagram Fishbone untuk mengidentifikasi akar masalah dan solusinya. Hasil akhir dari penelitian ini menunjukkan bahwa nilai OEE dapat meningkat dari 43% sebelum digitalisasi menjadi 79,35% setelah digitalisasi. Namun, meskipun terjadi peningkatan, nilai ini masih di bawah standar dunia yaitu 85%.